Senin, 11 Juni 2012

Pendidikan Multikultural


Pendidikan Multikultural

A.    Budaya menjadi satu kekuatan utama yang menjelaskan dan mempengaruhi prilaku manusia.
Seperti kita ketahui bahwa yang dimaksud dengan budaya ( Koenjaraningrat ) adalah seluruh gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil karyanya itu kalau kita lihat dari definisi tersebut maka dapat kita simpulkan bahwa unsur perilaku merupakan kata kuncinya. Jadi perilaku manusia atau masyarakat sangat bergantung dari apa yang sudah menjadi tradisi atau warisan baik itu berupa nilai – nilai, keyakinan, pengetahuan dan lain – lain yang ada di masyarakat tersebut. Hal itu akan sangat mempengaruhi sikap / tindakan dari prilaku manusia sesuai dengan agama, keyakinan, kebiasaan – kebiasaan yang mereka miliki yang merupakan unsur – unsur dari suatu budaya. Jadi jelas budaya menjadi satu kekuatan yang bisa mempengaruhi prilaku manusia.
Contohnya :
-        Pada saat ada kematian di lingkungan kami, baik suami / istri yang berkrama banjar pasti akan bergotong royong membuat upacara / banten untuk penguburan. Semua menyempatkan diri untuk datang pada saat itu walaupun ada kegiatan yang lebih penting tapi mereka tetap mendahului kegiatan tersebut.
-        Sudah menjadi kebiasaan di desa mengambil air dari sumber air / pancuran untuk diminum, tidak  perlu di masak. Jadi karena sudah kebiasaan maka kalau mereka minum air selain air pancoran rasanya agak aneh. Mereka tidak takut sakit walaupun air tersebut tidak dimasak.
-        Pada saat hari raya baik itu Galungan, Kuningan atau pun Nyepi, ada anggaran bawa melakukan kegiatan judi merupakan hiburan yang sudah menjadi tradisi kalau tidak berjudi seperti merayakan hari raya tersebut masih ada yang kurang.
-        Ada kepercayaan di lingkungan kami bahwa berkeliaran pada waktu malam sebelum hari kajeng keliwon atapun pas hari kajeng keliwon tidak diperbolehkan karena hari itu merupakan hari yang bagus bagi para penganut ilmu hitam untuk mempraktekkan ilmunya. Jadi takut kalau – kalau kita yang menjadi sasarannya.
-        Ada rasa ikut berbela sugkawa ketika seorang kerama banjar meninggal, maka anggota banjar juga ikut merasakan hal itu dengan cara dilarang ngayah / melakukan upacara diluar rumah selama 3 hari. Walaupun mereka tidak mempunyai hubungan keluarga.
B.     Contoh yang menggambarkan lingkungan fisik.
-        Lingkungan Fisik yang ada ialah
Masing – masing rumah dibatasi oleh pagar yang terbuat dari batako (sebagian besar). Bangunan yang ada dilingkungan tersebut bale dangin untuk upacara keagamaan yaitu upacara pitra yadnya dan manusa yadnya, dibale dauh dan bale daja untuk bale pertemuan. Sedangkan disebelah selatan ada dapur / paon. Jadi dengan memasuki halaman rumah seseorang kita sudah bisa menentukan mana arah selatan / utara. Dihalaman rumah ada tugu natah dan dibarat laut dari semua bangunan terdapat tugu penunggun karang yang berfungsi menjaga lingkungan sekitar rumah.
-        Lingkungan Sosial.
Lingkungan sosial yang terkecil disini adalah tempekan yang diatur sesuai dengan tempat tinggal masing – masing keluarga untuk yang lebih besar ada banjar dan desa adat, dilingkungan sosial juga ada organisasi yang disebut seka baik untuk seni seperti seka cak, seka gambelan ataupun seka santi untuk dibidang organisasi lain ada juga seka manyi dan lain – lain.
-        Lingkungan Metafisik.
Hal ini dapat dilihat dari adanya kepercayaan yang masih dianut sampai sekarang yaitu disetiap hari kajeng keliwon, masyarakat menganggap hari tersebut hari angker karena percaya mahluk halus lebih suka keluar / berkeliaran disekitar kita sehingga perlu adanya upacara – upacara yang dilakukan dengan hal tersebut.
C.     Contoh dari 3 wujud kebudayaan yaitu :
-        Wujud Idiil : Norma – norma yang ada dimasyarakat yang mengatur tingkah laku masyarakat di mana norma itu dianut.
Contoh : Norma Agama
§  Berdana punia dipura (pembangunan pura) dirasa lebih baik dibandingkan berdana punia bagi rakyat miskin (kemanusiaan).
§  Norma hukum berupa awig – awig bila ada perkelahian yang memukul dikenakan denda dengan membayar 5 kg beras untuk setiap keluarga yang ada di desa adat.
§  Norma kesusilaan, pada saat ngayah kepura diharuskan berpakaian kebaya.
-        Wujud sistem sosial.
Sistem sosial diambil dari yang terkecil yaitu tempekan, di banjar saja ada 4 tempekan yang dibagi berdasarkan tempat tinggal. Disamping banjar ada desa adat yang terdiri dari 2 banjar dinas, untuk desa adat kegiatan upacara / kegiatan adat khusus untuk pura puseh  / gumi dan pura desa. Untuk pura dalem ada organisasi tersendiri yang yang bernama desa dalem, ini di bagi berdasarkan kuburan yang digunakan.
-        Wujud Kebudayaan Fisik.
Kebudayaan yang berupa benda – benda yang nyata contoh :
§  Hasil kerajinan perak.
§  Hasil kerajinan barong.
§  Hasil kerajinan ukiran wanci.
§  Dan lain – lain.
D.    Pendidikan multikultural itu ketika berwujud ide, berwujud gerakan perubahan pendidikan yang sedang berlangsung di Negara kita dan sebagai sebuah proses perjuangan dibidang pendidikan yang sedang berlangsung.
Pendidikan multikultural saat ini sebagai ide yang berimplikasi pada pengembangan pendidikan multikultural yang berimplikasi pada penambahan bahan ajar, sedangkan sebagai gerakan pembaruan pendidikan, pendidikan multikultural berimplikasi pada perubahan semua komponen kegiatan pendidikan dimana hal tersebut mencakup nilai – nilai dasar, antara prosedural, kurikulum bahan ajar dan sebagainya.
Sedangkan sebagai sebuah proses pendidikan multikultural akan berimplikasi pada aksi yang terus menerus dan membutuhkan investasi yang cukup panjang sehingga untuk pengembangan pendidikan, kita perlu memahami sejarah singkat pendidikan multikultural secara global sebagai landasan dalam menentukan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar