Sabtu, 30 Juni 2012

Puisi Senja

Di Saat Senja 



Sore ini,
Aku merasakan desir angin yang menyapa tubuhku,
Menerpa dengan lembutnya,
Bagaikan sentuhan lembut seorang wanita,
Ah, kenapa aku harus berkhayal,
Bukankah goresan tinta itu telah mengering,
Aku kadang menyadari,
Bahwa diri ini bukanlah yang terbaik,


Aku duduk, termanggu, termenung menatap sore ini,
Suatu senja yang berbeda,
Aku begitu merindukannya,
Sesosok wanita,
Sentuhannya, senyumnya, belaiannya,
Semua yang ada pada dirinya,

Semua harapan,
Seakan tak ada artinya bila kau jauh,
Aku sendiri disini,
Aku masih menantimu,

Disudut senja Sore ini,
Aku merindukanmu,
Datanglah, hampiri, dan peluklah aku,
Aku kangen kamu,

Senja ini bagaikan tak ingin membuatku beranjak,
Aku ingin disini, menantimu,
Merenggut cinta yang pernah hilang,

Disini, ,
»»  READMORE...

Puisi Cinta Air Mata Cinta


 Air Mata Cinta




Adalah ketika kamu menitikkan air mata
dan MASIH peduli terhadapnya..
Adalah ketika dia tidak mempedulikanmu
dan kamu MASIH menunggunya dengan setia..
Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain
dan kamu MASIH bisa tersenyum
sembari berkata 'Aku turut berbahagia untukmu'


Apabila cinta tidak berhasil..
BEBASKAN dirimu..
Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya
dan terbang ke alam bebas LAGI ..

Ingatlah..
bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan kehilangannya ..
tapi.. ketika cinta itu mati..
kamu TIDAK perlu mati bersamanya ..

Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu menang..
MELAINKAN mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh
»»  READMORE...

Puisi Cinta Pandang Pertama


 Pandangan Pertama


Memang aku bukan siapa-siapa bagimu...
Namun dirimu serasa sangat berarti untukku...
Sejak pertama ku mengenal dirimu..
Semua yang ada dihidupku serasa lebih hidup dari semula...
Mungkinkah ini...ataukah ini yang dinamakan jatuh cinta..?
Aku tak tahu entah apa yang aku rasa...


Bila memang rasa itu cinta..
Tak mungkin ku ungkapan begitu saja...
Bila rasa itu hanya kekaguman sementara...
Aku takut menyakiti hatimu..
Karena rasa cinta dan rasa suka terkadang sulit untuk dibedakan...
Aku tak mau ada yang terluka diantara kita berdua..
Biarlah pertemuan itu menjadi sebuah kenangan terindah...
Yang pernah kita alami di waktu itu...
»»  READMORE...

Jumat, 29 Juni 2012

Tour Desa Penglipuran

 Desa Adat Penglipuran
Desa adat Penglipuran merupakan satu kawasan pedesaan yang memiliki tatanan spesifik dari struktur desa tradisional, sehingga mampu menampilkan wajah pedesaan yang asri. Penataan fisik dari struktur desa tersebut tidak terlepas dari budaya masyarakatnya yang sudah berlaku turun temurun. Sehingga dengan demikian desa adat Penglipuran merupakan obyek wisata budaya. Keasrian desa adat Penglipuran dapat dirasakan mulai dari memasuki kawasan pradesa dengan hijau rerumputan pada pinggiran jalan dan pagar tanaman menepi sepanjang jalan, menambah kesejukan pada daerah prosesi desa.

Pada areal catus pata setelah prosesi tersebut, merupakan areal tapal batas memasuki desa adat Penglipuran. Balai wantilan dan fasilitas kemasyarakatan serta ruang terbuka pertamanan, merupakan daerah selamat datang (Welcome Area).

Sampai pada batas, seperti memarkir kendaraan, memutar dan sebagainya. Areal berikutnya adalah areal tatanan pola desa, yang diawali dengan gradasi ke fisik desa secara linier ke arah kanan dan kiri.

Keunggulan dari desa adat Penglipuran ini terletak pada struktur fisik desa yang serupa seragam dari ujung utama desa sampai ke bagian hilir desa. Tofografi desa tersusun sedemikian rupa dimana pada daerah utama desa kedudukannya lebih tinggi demikian seterusnya menurun sampai daerah hilir.

Pada daerah desa terdapat Pura penataran dan Pura Puseh yang merupakan daerah utama desa yang unik dan spesifik karena di sepanjang jalan koridor desa hanya digunakan untuk pejalan kaki, yang kanan kirinya dilengkapi dengan atribut-atribut struktur desa; seperti tembok penyengker,angkul-angkul dan telajakan yang seragam.

Keseragaman dari wajah desa tersebut disamping karena adanya keseragaman bentuk juga dari keseragaman bahan yaitu bahan tanah untuk tembok penyengker dan angkul-angkul (pol-polan) dan atap dari bambu yang dibelah untuk seluruh bangunan desa.

Penggunaan bambu baik untuk atap, dinding maupun lain-lain kebutuhan merupakan suatu keharusan untuk digunakan karena desa Penglipuran dikelilingi oleh hutan bambu dan masih merupakan teritorial desa Penglipuran. Daya tarik lainnya ialah cara-cara penguburan mayatnya memiliki keunikan yang berbeda dengan desa-desa lainnya di Bali..




Lokasi
Desa adat Penglipuran terletak di Kelurahan Kubu di Kecamatan Bangli, Kabupaten Dati II Bangli. Luas desa adat Penglipuran kurang lebih 112 ha, dengan batas wilayah desa adat Kubu di sebelah timur, di sebelah selatan desa adat Gunaksa, dan di sebelah Barat Tukad Sang-sang, sedangkan di sebelah utara desa adat Kayang.

Desa adat ini terletak pada ketinggian 700 M di atas permukaan air laut. Desa Adat Penglipuran terletak pada jalur wisata Kintamani, sejauh 5 Km dari pusat kota Bangli, dan 45 Km dari pusat kota Denpasar.

Fasilitas
Pada bagian hilir dari desa adat Penglipuran ini, terletak Taman Makam Kapten Mudita yang keberadaannya ditata dengan baik, sehingga dapat tampil juga sebagai obyek wisata sejarah.

Disamping itu pada ujung hutan bambu di sebelah utara desa Penglipuran akan dikembangkan kawasan dan arena berkuda. Sehingga dengan demikian dalam satu paket kunjungan ke desa Penglipuran ini akan banyak hal yang bisa dijumpai dan prosesi berkunjung diharapkan mulai dari hutan bambu bagian utara, terus berjalan kaki disepanjang kurang lebih 1000 meter, dan pada bagian akhir kehilir desa, terus memasuki Taman Makam Pahlawan.


Kunjungan
Meskipun desa adat Penglipuran ini belum resmi sebagai obyek wisata, namun sudah banyak para wisatawan yang berkunjung ke lokasi ini, karena obyek ini mudah dijangkau dari jalan utama Bangli - Kintamani.

Deskripsi
Menurut penuturan para pemuka adat, bahwa Penglipuran mengandung makna "Pangeling Pura". Penglipuran yang mengandung makna "Pangeling Pura" memberikan petunjuk bahwa terjadi hubungan yang sangat erat antara tugas dan tanggung jawab masyarakat dalam menjalankan dharma agama.

Desa adat Penglipuran ini yang memiliki spesifik dan jati diri, perlu diteliti lebih mendalam akan berbagai ragam yang melatar belakangi keunikan desa tersebut.

Obyek ini mempunyai struktur sedemikian rupa sehingga terlihat jelas antara utama mandala, madya mandala, dan nista mandala, struktur yang bergradasi seperti itu memberi petunjuk yang sangat jelas dan akurat, bahwa desa adat Penglipuran diciptakan melalui penataan yang benar.

Sehingga dengan demikian maka fungsi obyek sebagai desa yang mewadahi kehidupan masyarakatnya tercermin dari konsep keseimbangan Buana Agung dan Buana Alit.

Filsafat hubungan yang selaras antara alam dan manusia dan kearifan manusia mendayagunakan alam sehingga terbentuk ruang kehidupan terlihat jelas dalam area kawasan obyek. Sehingga dengan demikian azas Tri Hita Karana dapat dijabarkan dalam berbagai ragam bentuk, yang kesemuanya terpapar pada kawasan.

Nilai estetika yang ditimbulkan dari hubungan yang selaras dan serasi sudah menyatu dalam totalitas proses alami yang terjadi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu visualisasi estetik pada kawasan ini bukan merupakan barang langka yang sulit dicari, melainkan sudah menyatu dalam tata lingkungannya.

Tata nilai estetika yang berkaitan erat dengan kehidupan sosial ekonomi budaya manusianya, yang berarti manusia harus berkemampuan mengimajinasi dan menciptakannya dalam kreasi-kreasi cipta lingkungan desanya.

Desa Penglipuran telah tampil secara utuh, yang sekaligus merupakan suatu kesinambungan proses antara sosial budaya religius manusianya dengan gradasi topografi struktur kawasan.

Hal ini beralasan, karena leluhur masyarakat Penglipuran berasal dari desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani. Karena desa Bayung Gede letaknya jauh dari desa Penglipuran, maka masyarakat Penglipuran membangun tempat-tempat persembahyangan (pura) yang sama seperti di desa Bayung Gede.

Sumber: www.kayunbali.com
»»  READMORE...